I. Grammar Translation Method
Pada metode Grammar (the Grammar Method) siswa mempelajari kaidah-kaidah gramatika bersama-sama dengan daftar atau kelompok-kelompok kosakata. Kata-kata tersebut kemudian dijadikan frase atau kalimat berdasarkan kaidah yang telah dipelajari. Pada metode ini penguasaan kaidah-kaidah lebih diutamakan daripada penerapannya. Ketrampilan lisan, seperti pelafalan, tidak dilakukan. Metode ini mudah penerapannya karena guru tidak harus fasih berbicara bahasa yang harus dipelajari, sedangkan evaluasi dan pengawasannya juga tidak sulit.
Metode Translation (the Translation Method) berisi kegiatan-kegiatan penerjemahan teks yang dilakukan dari hal mudah ke hal yang sulit. Pertama dari bahasa sasaran ke bahasa ibu dan sebaliknya. Penerjemahan teks dilakukan dengan cara penerjemahan kata per kata maupun gagasan per gagasan termasuk ungkapan-ungkapan idiomatic.
Perpaduan dua metode tersebut di atas melahirkan metode Grammar-Translation (the Grammar Translation Method / GTM) yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Pengajaran dimulai dengan pemberian kaidah-kaidah gramatika dan mengacu pada kerangka gramatika formal.
2. Kosakata yang diajarkan bergantung pada teks yang dipilih sehingga tidak ada kesinambungan antara kelompok atau daftar kosakata yang satu dengan yang lainnya.
3. Penghafalan dan penerjemahan merupakan ciri kegiatan yang menonjol, yaitu menghafal dan menerjemahkan kosakata dan kaidah gramatika.
4. Pelafalan tidak diajarkan atau sangat dibatasi hanya pada beberapa aspek saja.
5. Lebih menekankan pada ketrampilan membaca dan menulis daripada menyimak dan berbicara.
Dari uraian di atas, GTM dapat didefinisikan sebagai metode pengajaran bahasa melalui analisis kaidah-kaidah bahasa secara rinci dan diikuti dengan penerapan pengetahuan tentang kaidah-kaidah tersebut untuk tujuan penerjemahan kalimat-klimat dan teks-teks, baik dari bahasa sasaran ke bahasa ibu atau sebaliknya.
Ciri-ciri GTM:
1. menekankan ketepatan; siswa diharapkan dapat mencapai standar yang tinggi dalam penerjamahan.
2. meruntutkan butir atau kaidah-kaidah gramatika bahasa sasaran dengan ketat dalam silabus.
3. menggunakan bahasa ibu pelajar sebagai medium instruksi
Teknik-teknik dalam Grammar Translation Method:
1. Translation of a literary passage 6. Fill-in-the-blanks
2. Reading comprehension questions 7. Memorization
3. Antonyms/Synonyms 8. Use words in sentences
4. Cognates 9. Composition
5. Deductive application of rule
II. Direct Method (DM)
Pengajaran langsung merupakan revisi dari Grammar Translation Method karena metode ini
dianggap tidak dapat membuat siswa dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing yang
sedang dipelajari. Dalam proses pembelajaran, penerjemahan dilarang digunakan.
Proses pembelajaran dengan DM, guru menyuruh siswa untuk membaca nyaring. Kemudian, guru memberi pertanyaan dalam bahasa yang sedang dipelajari. Selama proses pembelajaran berlangsung, realia seperti peta atau benda yang sesungguhnya bisa dipergunakan. Guru bisa menggambar atau mendemonstrasikan.
Teknik-teknik dalam Direct Method:
1. Reading aloud
2. Question and answer exercise
3. Getting students to self-correct
4. Conversation practice
5. Fill-in-the-blanks
6. Dictation
7. Map drawing
8. Paragraph writing
III. The Audio-Lingual Method
Istilah audio-lingualisme pertama-tama dikemukakan oleh Prof. Nelson Brooks pada tahun 1964.
Metode ini menyatakan diri sebagai metode yang paling efektif dan efisien dalam pembelajaran
bahasa asing dan mengklaim sebagai metode yang telah mengubah pengajaran bahasa dari hanya
sebuah kiat ke sebuah ilmu. Audio-Lingual Method (ALM) merupakan hasil kombinasi pandangan
dan prinsip-prinsip Linguistik Struktural, Analisis Kontrastif, pendekatan Aural-Oral, dan psikologi
Behavioristik.
Dasar pemikiran ALM mengenai bahasa, pengajaran, dan pembelajaran bahasa adalah sebagai
berikut:
1. Bahasa adalah lisan, bukan tulisan
2. Bahasa adalah seperangkat kebiasaan
3. Ajarkan bahasa dan bukan tentang bahasa
4. Bahasa adalah seperti yang diucapkan oleh penutur asli
5. Bahasa satu dengan yang lainnya itu berbeda
Richards & Rodgers (1986;51 dalam Prayogo, 1998:9) menambahkan beberapa prinsip pembelajaran yang telah menjadi dasar psikologi audio-lingualisme dan penerapannya sebagai berikut:
1. Pembelajaran bahasa asing pada dasarnya adalah suatu proses pembentukan kebiasaan yang mekanistik
2. Ketrampilan berbahasa dipelajari lebih efektif jika aspek-aspek yang harus dipelajari pada bahasa sasaran disajikan dalam bentuk lisan sebelumdilihat dalam bentuk tulis.
3. Bentuk-bentuk analogi memberikan dasar yang lebih baik bagi pembelajar bahasa daripada bentuk analisis, generalisasi, dan pembedaan-pembedaan lebih baik daripada penjelasan tentang kaidah-kaidah.
4. Makna kata-kata yang dimiliki oleh penutur asli dapat dipelajari hanya dalam konteks bahasa dan kebudayaan dan tidak berdiri sendiri.
Richards & Rogers juga mengatakan bahwa ketrampilan bahasa diajarkan dengan urutan: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bentuk kegiatan pengajaran dan pembelajaran ALM pada dasarnya adalah percakapan dan latihan-latihan (drills) dan latihan pola (pattern practice). Percakapan berfungsi sebagai alat untuk meletakkan struktur-struktur kunci pada konteksnya dan sekaligus memberikan ilustrasi situasi dimana struktur-struktur tersebut digunakan oleh penutur asli, jadi juga sebagai penerapan aspek kultural bahasa sasaran. Pengulangan dan penghafalan menjadi kegiatan yang dominan pada metode ini. Pola-pola gramatika tertentu pada percakapan dipilih untuk dijadikan kegiatan latihan pola. Kegiatan-kegiatan pembelajaran berdasarkan ALM adalah: repetition, inflection, relplacement, restatement, completion, transposition, expansion, contraction, transformation, integration, rejoinders, dan restoration.
PROSEDUR PEMBELAJARANMENGGUNAKAN
ALM:
Kegiatan Guru
1.Menjadi model pada semua tahapan pembelajaran.
2.Menggunakan bahasa Inggris sebanyak mungkin dan bahasa ibu sedikit mungkin.
3.Melatih ketrampilan menyimak dan berbicara siswa tanpa bahasa tulis dulu.
4.Mengajarkan struktur melalui latihan pola bunyi, urutan, bentuk-bentuk, dan bukan melalui penjelasan.
5.Memberikan bentuk-bentuk tulis bahasa sasaran setelah bunyi-bunyi benar-benar dikuasai siswa.
6.Meminimalkan pemberian kosakata kepada siswa sebelum semua struktur umum dikuasai.
7.Mengajarkan kosakata dalam konteks.
Kegiatan Siswa
1 Mendengarkan sebuah percakapan sebagai model (guru atau kaset) yang berisi struktur kunci yang menjadi fokus pembelajaran, mereka mengulangi setiap baris percakapan tersebut secara individu maupun bersama-sama, menghafalkannya dan siswa tidak melihat buku.
2. Mengganti dialog dengan setting tempat atau yang lainnya sesuai dengan selera siswa.
3. Berlatih struktur kunci dari percakapan secara bersama-sama dan kemudian secara individual.
4. Mengacu ke buku teks dan menindaklanjuti
dengan kegiatan membaca, menulis atau kosakata yang berdasarkan percakapan yang ada, menulis dimulai dalam bentuk kegiatan menyalin dan kemudian dapat ditingkatkan.
.
Teknik-teknik pengajaran dalam ALM (Audio-Lingual Method):
1. Dialog Memorization 7. Transformation Drill
2. Backward Build-up (expansion) Drill 8. Question-and-Answer Drill
3. Repetition Drill 9. Use of Minimal Pairs
4. Chain Drill 10.Complete the Dialog
5. Single-slot Substitution Drill 11.Grammar Game
6. Multiple-slot Substitution Drill
IV. THE SILENT WAY
Ahli-ahli psikologi kognitif dan bahasa transformasi-generatif beranggapan bahwa belajar bahasa tidak perlu melalui pengulangan. Mereka percaya bahwa pebelajar dapat menciptakan ungkapan-ungkapan yang belum pernah didengar. Selanjutnya mereka berpendapat bahwa pembelajaran bahasa tidak hanya menirukan tapi aturan-aturan berbahasa dapat membantu mereka menggunakan bahasa yang dipelajari.
Dalam proses pembelajarannya, guru hanya menunjuk ke suatu chart yang berisi dengan vocal konsonan. Guru menunjuk beberapa kali dengan diam. Setelah beberapa saat guru hanya memberi contoh cara pengucapannya. Kemudian menunjuk siswa untuk melafalkan sampai benar. Dalam proses pembelajaran guru banyak berdiam diri, dia hanya mengarahkan/menunjuk pada materi pembelajaran.
Teknik-teknik The Silent Way:
1. Sound-Color Chart 6. Word Chart
2. Teacher’s Silence 7. Fidel Chart
3. Peer Correction 8. Structured Feedback
4. Rods
5. Self-Correction Gestures
V. SUGGESTOPEDIA
Georgi Losanov percaya bahwa dalam proses pembelajaran ada kendala psikologi. Suggestopedia merupakan aplikasi sugesti dalam pedagogi dimana perasaan pebelajar mengalami kegagalan dapat dihilangkan. Dalam model pembelajaran suggestopedia, kendala psikologi pebelajar dapat diatasi..
Dalam mengaplikasikan model pembelajaran ini, ruang kelas ditata sedemikian rupa sehingga berbeda dengan kelas biasa. Siswa duduk di sofa dalam bentuk setengah lingkaran dengan penerangan yang remang-remang. Beberapa poster yang berhubungan dengan materi pembelajaran dipasang di tembok. Guru menyapa dalam bahasa ibu kemudian meyakinkan siswa/pebelajar kalau nereka tidak perlu berusaha untuk belajar tapi pembelajaran akan berlangsung secara alami. Guru memutar musik klasik kemudian mengarahkan pebelajar untuk rileks dengan cara menarik nafas panjang. Selanjutnya guru mengajak pebelajar berimajinasi tentang materi yang sedang dipelajari. Ketika mereka membuka mata, mereka bermain peran. Setelah itu, guru membaca sambil memperdengarkan musik. Guru tidak memberi pekerjaan rumah.
Teknik-teknik dalam Suggestopedia:
1. Classroom Set-up 6. Role-Play
2. Peripheral Learning 7. First Concert
3. Positive Suggestion 8. Second Concert
4. Visualization 9. Primary Activation
5. Choose a New Identity 10.Secondary Activation
VI. COMMUNITY LANGUAGE LEARNING
Metode ini mempercayai prinsip ‘whole persons’ yang artinya guru tidak hanya memperhatikan perasaan dan kepandaian siswa tapi juga hubungan dengan sesama siswa. Menurut Curran (1986:89) siswa merasa tidak nyaman pada situasi yang baru. Dengan memahami prasaan ketakutan dan sensitif siswa guru dapat menghilangkan perasaan negatif siswa menjadi energi positif untuk belajar.
Kursi disusun melingkar dengan sebuah meja di tengah. Ada sebuah tape recorder di atas meja. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Guru mnyuruh siswa membuat dialog dalam bahasa Inggris. Jika siswa tidak mengetahui guru membantu. Percakapan siswa direkam. Kemudian, hasil rekaman di tulis dalam bentuk transkrip dalam bahasa Inggrisdan bahasa ibu. Setelah itu kaidah-kaidah kebahasaan didiskusikan.
Teknik-teknik Community Language Learning:
1. Tape-recording Student Conversation 4. Reflective Listening
2. Transcription 5. Human Computer
3. Reflection on Experience 6. Small Group Tasks
VII. THE TOTAL PHYSICAL RESPONSE METHOD
Metode ini juga disebut ‘the comprehension approach’ yang mendekatkan pada pentingnya ‘listening comprehension’. Pada tahap awal pembelajaran bahasa asing terfokus pada pemahaman mendengarkan. Hal ini berdasarkan pada hasil observasi bagaimana anak-anak belajar bahasa ibu. Seorang bayi mendengarkan suara disekelilingnya selama berbulan-bulan sebelum ia dapat menyebut satu kata. Tidak ada seorangpun yang menyuruh bayi untuk berbicara. Seorang anak berbicara ketika ia sudah siap melakukannya.
Pada Natural Approach (yang dikembangkan oleh Krashen & Terrel), siswa mendengarkan guru yang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing mulai awal proses pembelajaran. Guru dapat membantu siswa untuk memahami materi dengan menggunakan gambar dan beberapa kata dalam bahasa ibu. Natural Approach hampir sama dengan Direct Method. Pada Total Physical Response (TPR), siswa mendengarkan dan merespon instruksi lisan guru. Bentuk instruksi yang diberikan seperti ‘Turn around’, ‘Sit down’, ‘Walk’, ‘Stop’, ‘Jump’, dsb.
Teknik-teknik dalam the Total Physical Response Method:
1. Using Commands to Direct Method
2. Role Reversal
3. Action sequence
1. VIII. THE COMMUNICATIVE APPROACH (Communicative Language Teaching)
Mumbly (1978) menyebut Pendekatan Komunikatif sebagai ‘Communicative Syllabus’.
Widdowson menyebutnya sebagai ‘Communicative Approach’, sedangkan Richards & Rogers
menyebutnya ‘Communicative Language Teaching’ (CLT). Istilah-istilah seperti Notionol-
Functional Approach atau Functional Approach.
Communicative Aproach/ CA (Communicative Language Teaching) berasal dari perubahan
pada tradisi pengajaran bahasa di Inggris pada akhir tahun 1960 dan kemunculannya dipertegas
oleh:
1. Kegagalan Audio Lingual Method yang menghasilkan penutur-penutur bahasa asing atau baha ysa kedua yang baik dan fasih tetapi tidak mampu menggunakan bahasa yang dipelajari dalam interaksi yang bermakna.
2. Pandangan Chomsky tentang kreatifitas dan keunikan kalimat sebagai ciri dasar sebuah
bahasa.
CA bertujuan untuk menjadikan kompetensi komunikatif (communicative competence) sebagai tujuan pengajaran bahasa dan untuk mengembangkan teknik-teknik dan prosedur pengajaran ketrampilan bahasa yang didasarkan atas aspek saling bergantung antara bahasa dan komunikasi. Kompetensi Komunikatif mencakup kompetensi gramatika, sosiolinguistik, dan strategi. Kemampuan komunikatif berbahasa (communicative language ability) meliputi pengetahuan atau kompetensi dan kecakapan dalam penerapan kompetensi tersebut dalam penggunaan bahasa yang komunikatif, kontekstual, dan sesuai.
Beberapa pemerian mengenai kompetensi komunikatif secara umum berpandangan bahwa makna profisiensi dalam sebuah bahasa tidak hanya sekedar mengetahui sistem kaidah-kaidah gramatikal (fonologi, sintaksis, kosakata, dan semantik). Fokus metode ini pada dasarnya adalah elaborasi dan implementasi program dan metodologi yang menunjang kemampuan bahasa fungsional melalui pertisipasi pembelajaran dalam kegiatan-kegiatan komunikatif.
Di bawah ini adalah perbandingan antara Audio Lingual Method dan Communicative Approach:
Audio Lingual Method Communicative Approach
- Lebih memperhatikan struktur dan bentuk daripada makna. - Makna adalah yang utama
- Menuntut penghafalan dialog yang berisi struktur-struktur tertentu. - Jika dialog digunakan, maka difokuskan pada fungsi-fungsi komunikatif dan tidak dihafal.
- Butir-butir bahasa tidak harus kontekstual - Kontekstualisasi menjadi premis dasar.
- Pembelajaran bahasa adalah pembelajaran struktur, bunyi, dan kosakata. - Belajar bahasa adalah belajar untuk berkomunikasi.
- Penguasaan atau overlearning menjadi tujuan. - Komunikasi efektif menjadi tujuan.
- Drilling menjadi teknik utama pengajaran. - Driling dapat dilakukan tetapi tidak menjadi yang utama dalam pembelajaran.
- Pelafalan seperti penutur asli menjadi tujuan. - Pelafalan yang dapat dipahami menjadi tujuan
- Penjelasan tentang gramatika dihindari. - Asalkan membantu pebelajar cara atau teknik apapun dapat digunakan; bervariasi berdasarkan umur, minat, motivasi pebelajar, dll.
- Kegiatan komunikatif dilaksanakan setelah proses panjang drilling dan latihan-latihan. - Usaha pebelajar untuk berkomunikasi didorong dari saat awal pembelajaran.
- Penggunaan bahasa ibu dihindari. - Jika diperlukan penggunaan bahasa ibu pebelajar dibenarkan.
- Penerjemahan dihindari pada tingkat-tingkat awal. - Penerjemahan dapat dilakukan bila pebelajar mendapatkan manfaat dari pelaksanaannya.
- Membaca dan menulis ditunda sampai ketrampilan berbicara dikuasai. - Membaca dan menulis dapat dimulai dari hari pertama pembelajaran jika dikehendaki.
- Sistem bahasa sasaran dipelajari melalui pengajaran nyata tentang pola-pola system bahasa tersebut. - Sistem bahasa sasaran paling baik dipelajari melalui proses usaha untuk berkomunikasi.
- Kompetensi bahasa menjadi tujuan yang ingin dicapai. - Kompetensi komunikatif menjadi tujuan yang ingin dicapai, yaitu kemampuan untuk menggunakan system bahasa secara efektif dan efisien.
- Variasi-variasi bahasa ditekankan, tetapi cukup diketahui oleh pebelajar. - Variasi bahasa menjadi konsep utama di dalam bahan dan metode yang dipakai.
- Urutan penyajian unit-unit pelajaran ditentukan hanya berdasarkan pada prinsip-prinsip kerumitan bahasa. - Urutan penyajian unit-unit ditentukan berdasarkan pertimbangan isi, fungsi, dan makna yang dapat tetap menjaga minat pebelajar.
- Guru mengawasi siswa dan menjaga agar mereka tidak melakukan kegiatan yang bertentangan dengan teori pembelajaran. - Guru membantu pebelajar dengan berbagai cara yang dapat memberi motivasi kepada mereka dalam belajar bahasa.
- Bahasa itu adalah kebiasaan, sehingga kesalahan harus dihindari sama sekali. - Bahasa diperoleh oleh seseorang sering melalui ‘trial and error’.
- Ketepatan penggunaan bahasa formal menjadi tujuan utama. - Kefasihan dan bahasa yang dapat diterima merupakan tujuan pembelajaran.
- Siswa diharapkan berinteraksi dengan system bahasa. - Siswa diharapkan berinteraksi dengan orang lain.
- Guru harus menyatakan bahasa yang harus digunakan oleh siswa. - Guru tidak dapat mengetahui bahasa yang akan digunakan oleh siswa.
- Motivasi intrinsic akan timbul dari munculnya minat pada struktur bahasa sasaran. - Motivasi intrinsic akan timbul dari minat terhadap apa yang dikomunikasikan oleh bahasa sasaran.
Diposting oleh
niko ea
Jumat, 09 Maret 2012
Label:
My Class
Langganan:
Posting Komentar (Atom)